Sabtu, 01 Desember 2012

Chironomidae


Dasar Teori
Chironomidae merupakan keluarga nematoceran flies yang memiliki distribusi global. Berkerabat dengan Ceratopogonidae, Simuliidae, dan Thaumaleidae.
Larva dapat ditemukan hampir disetiap perairan, warna larva biasanya merah terang dan sangat menarik perhatian, berukuran lebih kurang 1cm, bagian mulut biasanya terlihat jelas, jenis larva ini biasa dikenal dengan nama cacing darah.
Larva ini biasa dijadikan sebagai organisme indikator atau indikator biologis. Keberadaannya di perairan mengindikasikan adanya polusi. Fosil larva ini juga dapat dijadikan indikator mengenai perubahan lingkungan pada masa lampau.
Menurut Cambell et al (2009), kromosom adalah materi berbentuk benang pembawa informasi genetik yang dapat ditemukan di nukleus pada sel eukariotik. Pada sel prokariotik kromosom merupakan pembawa informasi genetik utama. Kromosom dapat diamati dengan jelas selama pembelahan mitosis atau meiosis. Pada kromosom terdapat rantai double helix DNA dengan panjang ± 4 cm, ribuan kali lebih panjang dari diameter nukleus. Setiap rantai double helix ini dikemas sedemikian rupa hingga terbentuk kromosom dan dapat disimpan dalam nukleus. Penyimpanan double helix ini berkaitan erat dengan protein kecil yang disebut histone (Campbell et al, 2009).
Dalam siklus sel, kromosom lebih sering berada dalam wujud kromatin, serabut panjang dan tipis. Selagi sel bersiap untuk membelah, baik mitosis maupun meiosis, kromatin kemudian menggulung untuk membentuk kromosom. Pada kondisi ini, kromosom dapat diamati di bawah mikroskop cahaya (Campbell et al, 2009).
Kromosom politen adalah salah satu jenis kromosom unik yang dapat dijumpai pada organisme eukariotik di samping beberapa jenis kromosom unik lainnya. Kromosom unik lainnya adalah lampbrush chromosome, kromosom-B, dan kromosom holokinetik (Anonim, 2009). Pada percobaan ini akan banyak dibahas mengenai kromosom politen.
Pada kelenjar ludah organisme dari ordo diptera, ketika sel mencapai tahap interfase, kromosom mengalami replikasi hingga 10 kali tanpa pernah memasuki tahap mitosis. Akibatnya, sister chromatids tidak pernah terpisah dan setiap kromosom terdiri dari 1024 double helices. Selain itu, karena kromosom homolog pada tahap interfase berpasangan dengan sangat erat maka terbentuklah kromosom yang sangat tebal yang disebut kromosom politen. Sedangkan, proses replikasi kromosom tanpa diikuti mitosis ini dikenal sebagai endomitosis.
Organisme  pada ordo diptera umumnya memiliki kromosom raksasa sehingga kromosom dari organisme ini sering digunakan sebagai obyek percobaan.  Pada percobaan ini digunakan kromosom pada kelenjar ludah larva Chironomus sp. Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Chironomus sp. ini digunakan sebagai obyek percobaan karena memiliki ukuran yang besar sehingga mudah untuk diamati. Selain itu, karena struktur jaringan kelenjar ludah, maka pengambilan, pengamatan, dan pembuatan preparat kromosom relatif mudah dilakukan.
Pada kromosom politen terdapat pola pita terang dan gelap. Berdasarkan penelitian mikroskopik, pita terang dan gelap ini disebabkan oleh perbedaan kerapatan kromatin dalam kromosom. Kromatin pada pita gelap tersusun 10 kali lebih rapat dari pada kromatin pada pita terang. Selain itu, terdapat pula heterokromatin yang merupakan gabungan dari sentromer kromosom-kromosom yang ada di nukleus, heterokromatin ini disebut sebagai kromosenter. Pada kromosom politen ada juga puff, penebalan area kromosom karena gen pada kromosom tersebut tengah mengalami transkripsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar