Tidak asing dengan kata-kata “Jangan
meminum obat dengan susu!” atau kalimat “susu bisa menetralkan obat” ??? benarkah ??? mitoskah ??? atau
Cuma sekedar katanya ???
Baiklaah mari kita bahas satu persatu..
Seseorang akan mengkonsumsi obat jika dirinya
terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi
ini ternyata masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting
,khususnya dinegara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus,
antiprotozoa.
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan
pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar
40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit
yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan
antibiotik diberbagai bagian rumahsakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan
pada indikasi (Hadi,2009).
Definisi antibiotik yang kita tahu adalah bahan kimia yang
dihasilkan oleh mikroba yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan
menghambat atau membunuh mikroba lain. Pada perkembangannya bahan yang dapat
dikelompokkan sebagai antibiotik bukan hanya hasil alamiah saja, akan tetapi
bahan-bahan semisintetik yang merupakan hasil modifikasi bahan kimia antibiotik
alam (Sumadio dan Harahap, 1994). Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba
penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi terjadi akibat gangguan langsung
oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan mikroba. Pada dasarnya
suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun adakalanya
sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan
untuk membasmi
mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif (Ganiswarna,
1995).
Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi
relatif tidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur
yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak
dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada
dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi.
Berdasarkan sasaran tindakan
antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima
golongan yaitu :
a.
Antibiotik penghambat sintesis dinding sel mikroba.
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin,
basitrasin, dan vankomisin.
b.
Antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba.
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasiklin.
c.
Antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba.
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon.
d.
Antibiotik pengganggu fungsi membran sel mikroba. Antibiotik
yang termasuk kelompok ini ialah golongan polien.
e.
Antibiotik penghambat metabolisme mikroba. Antibiotik yang
termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat
(PAS) (Ganiswarna, 1995).
Lalu dari mana asal muasal doktrin “ Jangan minum obat dengan susu, karena susu menetralkan obat “ ?
"Hanya sebanyak 15% dari antibiotik oral (pil) yang akan
bermasalah jika diminum bersama dengan susu. Termasuk di antaranya ialah Tetrasiklin (seperti Doxycyclin
dan Minocyclin) dan beberapa Fluorchinolone (terutama Ciprofloxacin dan
Norfloxacin)," jelas Pramono, ahli gizi dari RSUD Banjarmasin. Mitos bahwa susu dapat
menetralkan obat mungkin berkembang ketika obat Tetrasiklin dipergunakan luas
sebagai antibiotik andalan di era 1950-1980. Memang betul, tetrasiklin tidak
boleh diminum berbarengan dengan susu. Namun disayangkan masyarakat mengambil
kesimpulan sederhana bahwa semua obat dapat berkurang khasiatnya jika diminum
dengan susu, dan
berpendapat bahwa kurang berkhasiatnya obat tersebut karena susu mampu
menetralkan obat.
Perlu diketahui bahwa penyerapan (absorbsi)
Tetrasiklin ( dan turunannya ) di dalam lambung di pengaruhi oleh susu dan produk
turunannya serta produk yang mengandung kalsium tinggi. Jika Tetrasiklin diminum bersama
susu, maka akan terbentuk “chelate” sehingga mengurangi penyerapan Tetrasiklin,
akibatnya kadar Tetrasiklin dalam serum menurun dan khasiatnya berkurang. Hal
yang sama berlaku juga pada Cyprofloxacindan suplemen Fe ( zat besi ), dimana penyerapannya terganggu
bila diminum bersama susu. Boleh jadi, inilah salah satu alasan yang mendasari
para petugas kesehatan di masa lalu dalam memberikan saran kepada para pasien
agar tidak minum obat bersama susu kemudian doktrin tersebut berkembang sampai
sekarang dan diberlakukan untuk semua jenis obat.
Obat yang dikonsumsi secara oral akan lebih efektif
bagi seseorang jika dikonsumsi dengan cara pemakaian yang benar dan diserap
dengan baik oleh tubuh. Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga
masuk ke dalam aliran darah lalu dikirim ke jaringan sel yang sakit. Sedangkan
yang akan terjadi jika kita meminum obat tetrasiklin dengan susu adalah kalsium
yang terdapat dalam susu akan mengikat obat tersebut sehingga membuatnya tidak
larut dalam usus dan mencegah penyerapan obat tersebut ke dalam jaringan sel
tubuh, mengonsumsi susu setengah liter saja sudah bisa mengurangi efektivitas
antibiotik hingga 80 persen. Tetrasiklin adalah antibiotika yang digunakan
untuk melawan infeksi. Akibatnya:
infeksi yang diobati tidak terkendali dengan baik dan tetrasiklin terikat oleh
kalsium pada susu, sehingga membentuk senyawa
yang tidak mungkin dapat diserap lagi dari usus kedalam darah.
Jadi sebenarnya susu tidak menetralkan obat, hanya
saja kalsium yang terdapat pada susu akan menghambat penyerapan obat sehingga
kerja obat tergangu dan bakteri penginfeksi akan tetap berkembang. Hal ini dikarenakan
efek tetrasiklin dalam mempengaruhi sintesis protein sel mikroba menjadi
kurang. Padahal yang kita harapkan dari penggunaan obat tetrasiklin ini adalah
fungsinya yang dapat menghambat perlekatan
tRNA yang membawa asam amino ke ribosom sehingga penambahan asam amino ke
rantai polipeptida yang sedang dibentuk menjadi terhambat dan penambahan jumlah
bakteri penginfeksi juga terhambat.
Biasanya obat golongan tetrasiklin ini digunakan
untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin Obat
golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas seperti sakit
tenggorokan, flu, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih
(kandung kemih dan ginjal). dan juga untuk
infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker,
konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya
pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
Tips aman yaitu tanyakan pada dokter jenis obat apa yang anda konsumsi.
Tetapi jika anda masih ragu atau merepotkan lebih baik minum obat dengan air putih saja. Air putih akan melarutkan obat dalam lambung sehingga lebih mudah diserap.
Obat yang ditelan begitu saja tanpa air putih bisa menempel di suatu tempat
tertentu di lambung dan menyebabkan iritasi lambung juga. Oleh karena itu,
lebih baik obat diminum bersama air putih. Kalau
anda ingin meminum susu, lebih baik 2-3 jam setelah meminum obat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar